DIALOG
MERANGKUM ULANG POSTING
QUO VADIS ?
(baru mulai sketsa konsep - belum jadi )
PROLOG
Hikmah Corona ? Positif ~ Negatif
Prakata : prolog
“We are not human beings having a spiritual experience.
We are spiritual beings having a human experience.”
― Pierre Teilhard de Chardin
― Pierre Teilhard de Chardin
Demikian quotes terkenal Piere Chardin (bukan Deepak Chopra .. maaf)
Ulasan
kita sesungguhnya bukanlah sekedar manusia yang menjalankan tugas spiritual namun sesungguhnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sebagai manusia.
Bahasan : Seeker
I say that madness is the first step towards unselfishness.
Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,”
The purpose of life is to bring us closer to those secrets,
and madness is the only means.
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother.
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,
Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,
dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.
Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan
(sadar terjaga namun wajar bersama )
Penutup : Sekha
The unexamined life is not worth living"
Hidup yang tak teruji tak layak dijalani
Socrates
Ini adalah sebuah diktum terkenal yang tampaknya diucapkan oleh Socrates pada pengadilannya atas tuduhan menentang dewa dan merusak generasi muda, yang kemudian membuatnya dijatuhi hukuman mati, seperti yang dijelaskan dalam Apologi Plato .
Ulasan
MONOLOG :
Dialektika Triade Hegel : Thesis – Antithesis – Synthesis (ada - tiada - menjadi;
apersepsi + referensi = refleksi
1. Thesis : (Buddha Dhamma.)
Prakata :
Mahatma Buddha mencapai pencerahan terdalam adiduniawi manusia 1 > Brahma 20 > Dewata 6 > Apaya 4 ?)
Mahatma Buddha mencapai pencerahan terdalam adiduniawi manusia 1 > Brahma 20 > Dewata 6 > Apaya 4 ?)
Bahasan :
Pengantar Buddhisme
Pengantar Buddhisme
Paradigma Simsapa :
Risalah Tipitaka – Teparinama Anupubikata
Buddha tampaknya memang sadar, cakap dan layak dalam melalui permainan delusive samsara
Risalah Tipitaka – Teparinama Anupubikata
Buddha tampaknya memang sadar, cakap dan layak dalam melalui permainan delusive samsara
Acinteya Udumbara :
Sumedha - Anagami Brahma Sahampati - Sita Hasitupada – Udumbara Mahakasyapa -
Buddha tampaknya juga faham akan labeling dan leveling mandala advaita
Analisis Buddhisme :
Buddha tampaknya juga faham akan labeling dan leveling mandala advaita
Analisis Buddhisme :
Siklus Dhamma ( Dhamma kosmik – Mistik Esoterik – Agama Tradisi - addhamma ?) Kemunduran Buddhisme (kappa turun/ sunyakalpa?) :
Bukan sekedar statistik populasi ? namun juga pergeseran saddha ehipasiko tiratana (mis-identifikasi, mis-imaginasi, mis-eksploitasi) jangan bodoh dan membodohi : Ovada Patimokha vs MLD (moha – lobha – dosa ) : Ariya Vihara > Dhamma Vihara (Dibba Kusala/ Jhana Brahma) > Apaya Vihara (MLD ) :
Ariya Buddha sebagai personal god ?
Hakekat KeIlahian :
Level KeIlahian ? (advaita > dvaita : Buddha ? - Brahma – Dewata – Asura -Atta ? )
~ Moksha mysticism sant mat : Niranjan - Brahm - Par Brahm - sohang - sat purush (Anenja Brahma ?)
Buddhism : Brahmajala sutta , kasus Brahma Baka , etc.
Jangan lakukan kebodohan ketidak-pantasan dengan pembodohan mengharapkan/mengusahakan kejatuhan yang terjaga untuk kembali tertidur bermimpi. (tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan keberdayaan transendental dalam spiritualitas.
rakit dhamma sebagai dogma ?
Hakekat Kebenaran :
Sutta Nipata hanya persepsi pandangan dari kebenaran ? (keberdayaan untuk memastikan >kepercayaan hanya meyakini).
Sutta Nipata hanya persepsi pandangan dari kebenaran ? (keberdayaan untuk memastikan >kepercayaan hanya meyakini).
Pandangan benar adalah dasar utama perkembangan berikutnya.Namun Sebenar apapun pandangan itu konsep wawasan yang diyakini belum tentu dijalani apalagi tataran yang dicapai.kebijaksanaan perspektif positivis pragmatis : Keberdayaan penempuhan autentik > pelekatan pandangan fanatic
Be realistics to realize the Real (peniscayaan bagi kesadaran & kewajaran demi keniscayaan )
Be realistics to realize the Real (peniscayaan bagi kesadaran & kewajaran demi keniscayaan )
sangha samana sebagai agen ?
Brahmana / ulama / pendeta
Hakekat kekuasaan ?: wille zur mach
Hakekat kekuasaan ?: wille zur mach
Sangha samana replika suddhavasa bagi pencapaian nibbana,ladang kebajikan dan pembimbing umat awam terhindar dari alam apaya (alobha,adosa,amoha),memandu jalan ke surga (sila),mencapai jhana(samadhi) plus nibbana (panna) jika memang reseptif & kondusif juga.
sebatas pembabar/pembimbing Dhamma X penyebar/pemanfaat agama (ambisi ekspansif, agresi provokatif, manipulasi standar ganda ?)
Intinya tempuh jalan ariya sebagai ariya secara ariya.(Aktualisasi keberdayaan x Eksploitasi kesakralan )
Intinya tempuh jalan ariya sebagai ariya secara ariya.(Aktualisasi keberdayaan x Eksploitasi kesakralan )
Penutup :
secara tersirat Buddhisme positif merealisasikan sikap batin Ariya agar Addukha secara benar, tepat dan sehat (walau tersurat seakan negatif dalam konsep dukkha )
: Nivritti holistic > positive > negative (swadika keterjagaan > nekhama melepas kemelekatan > nibida kejijikan pelekatan).
peniscayan kesadaran untuk meniscayakan kewajaran dalam melampaui (pelatihanan sila vinaya / bhavana penembusan / magga phala kesucian ) walau tidak teralienasi menjauhi sebagai mistik tidak sekedar survive menjadi tradisi agama apalagi ekspansif bahkan secara addhama - kecenderungan papanca dhamma ).
Keberdayaan keberimbangan kebijaksanaan untuk menerima, mengasihi dan melampaui segala dualitas fenomena untuk pelayakan.
Sita Hasituppāda
Tersenyumlah seperti Buddha
(Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? )
Be Realistics to Realize the Real
Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).
Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.
Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.
Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik
Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha
karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritual
Kecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)
Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)
Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )
Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri
(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha
karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritual
Paska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)
Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )
Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?)
Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri
(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha
karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritual
Dengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )
Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)
Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)
Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri
(harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.
Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasi
Jalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.
Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
2. Anti-Thesis : ( Parama Dhamma ?)
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
2. Anti-Thesis : ( Parama Dhamma ?)
Prakata :
Osho (Esoteric psychology ) : setelah nibbana adalah advaita ?
Osho (Esoteric psychology ) : setelah nibbana adalah advaita ?
Advaita melampaui dvaita (termasuk nibbana yang melampaui samsara ? )
Bahasan :
Pengantar Advaita (postulasi progress konsep ??? < autoritas realisasi insight ?!)
Pengantar Advaita (postulasi progress konsep ??? < autoritas realisasi insight ?!)
Mandala Advaita :Desain Kesedemikianan > kesunyataan > keberadaan
Advaita ? samsara tidak diketahui (~ fase Dhyana/Dhamma advaita BrahmaVidya KeIlahian kosmik (udana : ajatang dst )
Simsapa ? replica kondusif Brahma Sahampati bagi vinaya ordo mistik sangha samana + anupubikata dayaka upasaka.
Acinteya? Ariya Cakkhu Bhante Mahakasyapa atas dhamma kosmik udumbara (translingual, transrasional, transenden)
Niyama Vipakha :
Samvega kemendesakan pemberdayaan Ariya vs faktisitas keberadaan
Samvega kemendesakan pemberdayaan Ariya vs faktisitas keberadaan
Jalur Buddha Savaka : s/d arahata , paccekha , Buddha + kemungkinan jalur lainnya
Jalur lainnya (label) s/d ?
Jalur update (level) s/d ?
Hssil tergantung Orientasi kesadaran Kualifikasi kecakapan, Realisasi kelayakan.
(namun akumulatif keabadian >kekinian - Mahakamma vibhanga sutta ? Truth Seeker)
Niyama Talenta :
(namun akumulatif keabadian >kekinian - Mahakamma vibhanga sutta ? Truth Seeker)
Niyama Talenta :
Swadika keberlanjutan peniscayaan Zenka vs keterlupaan samsarik pasca rebirth
Orientasi kesadaran : pandangan idea benar, cara sehat dan sati tepat
Kualifikasi kecakapan : kecerdasan intelgensi, kehandalan penghidupan, kemantapan tihetuka
Realisasi kelayakan : kemapanan aktulisasi , kecukupan kusala parami, pencapaian meditatif etc
Penutup :Tetap berupaya Orientasi kesadaran Kualifikasi kecakapan, Realisasi kelayakan, (walau tetap menerima akumulatif keabadian >kekinian ? - Mahakamma vibhanga sutta ! Truth Lover )
TENTANG BARDO
Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian ? (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan meditatif pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian.
Naza
awas nimitta bhavanga 3 (
Bardo
proses umum non meditator :
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1
(bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi deposito karma baik + banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?)
bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1
(bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi deposito karma baik + banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?)
bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?
Next
jika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit.
jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja.
jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja.
proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :
selamat berjuang hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai
(salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator )
selamat berjuang hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai
(salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator )
Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.
Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.
Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.
Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)
By the way, just kidding ... ada versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).
Dalam senyum holistik di rupang keBuddhaanMu intuisi saya mengatakan masih ada. Namun mungkin biarkan dia tersirat sebagai rahasia. Kebijaksanaan (bukan kesempurnaan) adalah mahkota akhir bagi kita semua. Setidaknya Realitas Nibbana sebagai rumah sejati bagi esensi murni dari drama kosmik Fenomena Samsara telah kembali ditemukan dan bisa direalisasikan lagi (walau sulit...terutama bagi saya tentunya. padaparama diluar sasana yang masih naif dan liar. perokok berat pecandu kopi lagi … avijja & tanha masih kuat ).
Panna Phasa Kedukkhaan bukan tanha vedana kebahagiaan Realistics thesisnya,
keaniccaan proses perubahan bukan kekekalan masif Real antithesisnya,
keAnnataan Panca khanda bukan keberadaan" figure delusif" Realize synthesisnya.
Intinya kita hanya dan harus melampaui internal individualitas diri sendiri ... asava kilesha diri bukan yang lain. Itulah (mungkin... saya harus tahu malu , tahu diri dan tahu sila pada autoritas wilayah acinteya yang belum saya capai) puncak kebijaksanaan nirvanik yang melampaui drama kosmik mimpi delusif samsara.
Sedangkan .... maaf ini agak nekat ('gila'-istilah Khalil Gibran) tentang kesempurnaan walau saya seharusnya lebih tahu malu, tahu diri dan tahu sila pada Realitas wilayah advaita yang mustahil dicapai. Advaita Taoisme lebih menyukai istilah keberimbangan holistik untuk dinamis berkembang ketimbang kesempurnaan absolut yang sangat stagnan. Advaita vedanta dalam Brahma Vidya menterminologinya dalam istilah saguna -niskala (? saya lupa istilahnya ... sudah sarat memory otak tua ini). Atau simple-nya (istilah pakar komputer) sistem keamanan jika berjalan 100 % sempurna maka dia (malah) tidak akan bisa jalan. Newton (semoga saya tidak salah mengingat referensi buku lama) seorang scientist namun saat itu dia mengatakan agak filosofis tentang keteraturan kosmik yang perlu "Tuhan" yang direferensikan sebagai pengaturnya (walau jika ternyata Diapun .. maaf ...tidak ada) . Buddha-pun mengistilahkan ini sebagai "ajatang, abuthang, dst " (udana ) yang memungkinkan terjadinya pencerahan diriNya sehingga terbebas dari samsara ini.
(Pakar Buddhism menyatakan Nibbana adalah Realitas transendent yang Impersonal ...bukan atta pribadi atau yang bisa dianggap/ mengklaim sebagai "diri" karena magga phala pencapaian "wilayah" kesadaran diri ini harus dicapai melalui kesadaran "tanpa diri " (sakayadithi pancakhanda - diri samsarik dst) ...
Susah, ya? saya sendiri bingung mau mengatakan apa.
Mudahnya demikian ... anggaplah sesorang ( katakanlah A) lelah terjaga kemudian tertidur, pulas hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memerankan figur berbeda bisa jadi multi peran dan aneka peristiwa (walau yang bermimpi A namun bukan A yang terjaga ... jadi katakanlah A' A aksen .... A yang bermimpi ). Ketika bangun terjaga dia mendapatkan keberadaan yang berbeda lagi dengan mimpinya. Samsara bisa dipandang sebagai mimpi tersebut. Figur A' - A aksen dengan segala atribut peran mimpinya itu disebut 'diri" untuk Figur A yang real dan sudah terjaga (tidak lagi A aksen tadi). Bingung, ya .... cobalah anda ganti A dan A aksennya. (Itu hanyalah cara pandang hal yang sama namun dengan sudut yang berbeda dari tanazul - taraqqi : kejatuhan dalam keterlelapan dan keterjagaan dari keterlelapan dst )
Intinya demikian pandangan kami tentang kesempurnaan yang tidak hanya acinteya namun advaita untuk dibahas. kebijaksanaan Nibbana mungkin adalah batas akhir yang bisa secara bijak dicapai (Buddha dan juga lainnya) dalam melampaui samsara yang tidak diketahui awalnya (secara individual ) dan kapan berakhirnya (secara universal) ...pengakuan autentik Buddha. (mengapa ?). Ini dicapai dalam progress simultan dan berkaitan melampaui individualitas diri (eksistensial,universal hingga transendental )
Lantas ... bagaimanakah kesempurnaan advaita tersebut ? secara hipotetis ini baru bisa dicapai jika terlampaui tidak hanya universalitas diri (bukan individual tetapi universal ..... bayangkan wilayah nama tanpa rupa "batin tanpa materi" hanya ada Anenja Brahma, suddhavasa dan Nibbana tidak ada lagi alam dunia, apaya, surga , rupa brahma) namun juga trandentalitas diri (bayangkan wilayah dvaita nibbana dan advaita itu sendiri tiada samsara imanen lagi). Demikian analogi gambaran saguna -niskala mandala ini. Ini gambaran Dia yang belum terjaga dari dvaita samsara nibbanaNya. Bagaimana jika Dia terjaga dalam advaita dan melampaui nibbana (samsaraNya) ? dst.
(Pusing ya .... karena jelas kita yang masih "ndagel" dalam peran samsarik di dunia ini tidak mungkin ada disana maka kita cukupkan disini saja)
Eternal progress
Kartu terakhir : Gestalt (keterpaduan holistik paska triade dialektika Hegel ?)
Tentang Tuhan : Tao - Dhamma -
Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen)
Tentang Tuhan : Tao - Dhamma -
Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen)
Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan.
Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia
Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih;
kau berada di jalan Tauhid yang benar
Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :
O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak
Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu.
Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.
Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao
yin yang?=Amor dei,Amor Fati : Cinta Tuhan,Cinta Garis (Baruch Spinoza vs Fredierich Nietche ) : memadukan dualisme keharmonisan feminim & keperwiraan vitalitas maskulin (Amor Dei Intelectualis - Spinoza +Uebermensch Zharatustra - Nietche ?)
3. Syn-Thesis : Quo Vadis ? (Sanata Dhamma)
Prakata :
Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena
FORMULA SWADIKA
Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?'). Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi yang ada dan nyata.
Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini. Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.
a. Transendensi Keabadian Universal
Terjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via media
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
senantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaian
tataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuan
b:Harmonisasi Keberadaan Eksistensial
Menjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensial
sedaka sutta : menjaga diri & orang lain
anjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb.
Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.
c. Eskatologi Kelanjutan Spiritual
Berjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)
Kehidupan tidak pasti, kematian pasti
pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian ? (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).
Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan meditatif pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian.
EPILOG
Penutup :
Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan tidak picik /dangkal lagi.
Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya.
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya ….
Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.
Menerima, mengasihi dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual /pelanggaran universal yang personal imanen ) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan mahapralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya).
link sementara Dialog (24-04-2020):
https://archive.org/download/chardin_202004/DIALOG%20QUO%20VADIS.docx
link sementara Dialog (24-04-2020):
https://archive.org/download/chardin_202004/DIALOG%20QUO%20VADIS.docx